May 29, 2008

Tips Fotografi Terbaik (untukku)


Setelah ratusan halaman web kujelajahi (hiperbolis nih..), ratusan orang kutanyai (ini juga hiperbolis) demi meningkatkan kemampuan fotografiku, akhirnya aku menemukan dua tips terbaik untukku yang justru tidak kudapat dari ratusan halaman web tsb.

1. Pede aja lagi !

Kenapa Pede aja lagi ? Ini berdasarkan pengalaman pribadiku plus beberapa wejangan dari Riyandi dan Firza. Tiap kali membidik objek, aku gak pernah Pede. Terutama ketika di dekatku ada orang yang membawa kamera yang lebih canggih, gaya pakaiannya nya lebih 'fotografer', gaya ngambilnya lebih 'fotografer' dst...
Trus, kenapa harus Pede ? Gimana biar Pede ?

Gini, waktu kemarin ke Ujung Genteng, aku menjepret beberapa foto momen matahari sedang terbit... nah, aku memfotonya dengan kamera SLR Canon EOS 88, tripod, dan bahkan Filter lensa (tanpa tau type filter dan efeknya :D ), menggunakan mode semi manual (lupa apakah pake Aperture Priority atau Shutter Priority) Nah... ternyata hasilnya.. lho kok jelek ya ? Padahal dulu aku pernah mengambil foto matahari terbit dengan kamera Poket (Canon Snappy S) dan hasilnya lebih baik dari ini.

Point nya adalah... meski orang lain pake kamera lebih canggih, lensa lebih panjang, tripod lebih bagus, dua asisten pembawa reflektor dst. belum tentu hasil yang mereka hasilkan lebih baik. Pada contoh kasusku, foto yang kuhasilkan under exposure (terlalu gelap) gara-gara salah setting, dan mungkin ketika menggunakan kamera poket malah lebih baik karena kameraku yang mentukan yang 'pas'.

Tuh kan... hasil kamera SLR belum tentu lebih baik dari kamera poket...
Ini baru dari sisi non artistik... (baru masalah teknis) Lha kalo yang menggunakan kamera poket bisa mengambil 'angle' yang tepat sementara yang SLR menggunakan 'angle' yang kurang tepat... hasilnya lebih jauh lagi tuh...

So.. Pede aja lagi... ketika mengambil gambar... pede aja lagi, dan tanamkan dalam pikiranmu, Ah... hasil dia belum tentu lebih baik dari hasilku kok :)
so.. apapun kameramu, pede ajaa... :)

Dan bagi yang menggunakan kamera analog sepertiku, ada faktor tambahan buat jadi Pede... berdasarkan pengalaman waktu mengambil foto di acara tahun baru, ketika itu sebelahku, seorang bapak yang kelihatan kaya dan sepertinya fotografer amatir semi serius, menggunakan kamera digital yang keren... mungkin EOS 40D + lensa tambahan.. ketika itu aku sedang memfoto, dan kemudian Bapak tersebut mengambil tempat di sebelahku untuk mengambil objek yang sama, setelah beberapa kali jepret, dia melihat kameraku dan berkata "Wah, pake analog ya Dik?" sambil ada sedikit nada kagum di kata-katanya.

Dengan kaget, karena tidak tau sedang diperhatikan, aku menjawab "Oh.. iya Pak, analog", dan kemudian adrenalin pun mengalir dan otakku segera berpikir "Wah gawat, jangan-jangan Bapak ini ntar malah nanya yang macem-macem, padahal aku gak tau apa-apa (lha wong motretnya pake mode program yang udah ada di kamera kok, gak pake manual-manual an)" Makanya abis itu langsung kabur dari Bapak itu, ha ha ha

Trus satu lagi keuntungan pake kamera analog... hasilnya gak keliatan saat itu, so kalo sebelah kita udah bergaya keren layaknya fotografer pro, trus kita Pede, bisa jadi orang lain yang menggunakan kamera lebih canggih percaya kalo kita bener-bener jago... toh tenang aja, hasil jepretannya gak bisa mereka liat... :D


2. Jangan pernah menyerah ketika lihat hasil fotomu jelek.


Mungkin terdengar klise atau biasa aja.. tapi ini beneran lhoo...
Dari salah satu dari ratusan halaman web itu ada yang menyatakan bahwa, Para pro itu juga menghasilkan ratusan gambar jelek, taoi yang ditunjukkan mereka kepada kita hanya satu yang terbaik.

Masuk akal juga sih... coba lihat fotografer di setiap pertandingan bola yang menggunakan lensa panjaaang, kamera canggih... berapa puluh kali menjepret, dan berapa yang ditampilkan di majalah ? Paling cuma satu atau dua kan ? Padahal tentunya mereka fotografer professional.

So... seperti kata Firza... (maaf detailnya aku lupa tapi intinya..) dalam seratus kali jepret, mendapatkan 3 foto yang bagus (3% dari jumlah jepretan) itu sudah sangat bagus. Nanti lama-kelamaan jika sudah menjadi jago, rasionya akan lebih baik.

So... kalo baru jepret lima kali dan melihat hasil fotomu mengecewakan, jangan menyerah, professional juga melakukan hal yang sama, hanya saja mereka tidak menunjukkan hasil jeleknya sehingga kita tidak tahu.

May 24, 2008

Kota tua

Ehm... perjalanan kali ini adalah menuju Kota Tua, Jakarta. Kota Tua terletak di dekat Stasiun Kota, Jika kamu tidak memiliki kendaraan pribadi, saya sarankan menggunakan jasa Trans Jakarta (Busway) untuk ke Kota Tua ini. Turun di halte Stasiun Kota (Halte terakhir) kemudian jalan sedikit menuju kota tua.

Pemandangan di kota tua... lumayan unik. Bangunan di sana rata-rata adalah bangunan Belanda dengan arsitektur gaya eropa jaman pertengahan. Sayangnya, kebanyakan dari bangunan di situ tidak terawat sehingga rusak di mana-mana, mulai dari catnya, temboknya, atau bahkan atapnya rusak.

Akhirnya setelah jalan-jalan sebentar ketemu juga daerah dimana banyak fotografer sedang beraksi. Di sini banyak sekali yang melakukan foto pra pernikahan... dan fotografernya juga membawa alat-alat yang membuat mental jadi drop (reflektor, lensa panjang, flash tambahan yang ada alat tambahannya -- gak tau apa namanya, tripod -- kalo ini aku juga bawa, meski gak dipake :p ) So memang benar bahwa Kota Tua ini memang sangat bagus untuk foto-foto :)

Kami (aku dan cm4nk ) mulai mencoba memotret-motret bangunan paling bagus di situ (Museum Sejarah Jakarta/Museum Fatahilah). Dengan berbekal 10 film (bukan 10 roll film yak) kucoba potret-potret seadanya dengan gaya seaksi-aksinya :D

Setelah beberapa kali memotret di Luar Museum Fatahilah, kami berpindah ke Museum di seberangnya (kalo gak salah museum senirupa dan keramik), tapi tidak masuk, hanya mengambil foto bangunannya dari luar.

Kemudian kami kembali lagi ke Museum Sejarah Jakarta, dan kali ini masuk ke museum.
Untuk masuk ke museum, per orang dikenai biaya Rp 2000,- dan di dalamnya.. ehm... banyak objek foto, terutama kalo yang suka dengan objek furniture jaman kuno(meski ada tanda larangan memotret, tapi ketika kami masuk, kami mengalungkan kamera kami dan tidak diminta menitipkannya tuh.. jadinya kami tetep memotret di dalam museum :p )

Setelah puas (film nya sudah habis) kami keluar, dan mencoba mengambil beberapa foto bangunan museum lagi...

Oh ya, bagi yang membutuhkan objek sepeda, di daerah Kota Tua ini banyak disewakan sepeda onthel jaman kuno... so jangan khawatir deh...

Ehm... kalo diliat-liat, sepertinya kalo malam, beberapa bangunan di Kota Tua ini akan lebih indah lagi, karena itulah kami merencanakan untuk kembali lagi minggu depan (kali ini dengan roll film yang masih full :p)

Ehm... hasil fotonya gimana ya... ntar kalo udah kucuci-cetak dan ada yang bagus kuupload... tolong komentari yak :)

Thanks you....

May 21, 2008

Ujung Genteng 17-18 Mei 2008 (Bagian 2-habis)

Pantai Ujung Genteng
foto di atas bukan foto saya, saya ambil dari picturesart.files.wordpress.com

prev : ujung genteng bagian 1

Akhirnya, setelah puas melihat tiga pantai di seberang hutan, dan menentukan tempat besok pagi akan mengambil foto sunrise, kami semua keluar dari hutan, dan kali ini misi kami adalah mencari penginapan.

Ternyata, banyak sekali penginapan di sekitar situ, mulai dari penginapan yang biasa sampai dengan yang 'ditemani'.
Wuih.. ngeri juga yak...

Setelah bertanya-tanya ke beberapa penginapan dan ternyata penuh semua (kami hanya bertanya kepada penginapan yang biasa, tidak yang ditemani), akhirnya kami bertemu dengan seorang penduduk yang merelakan rumahnya untuk disewa, sehingga beliau, istri dan anaknya terpaksa tergusur untuk dua hari.

Kami mendapat harga 350rb untuk 2 hari. Harga yang relatif murah karena dibagi 7 orang, yang berarti Rp 25.000 sehari :) Dengan harga segitu, kami sudah mendapat fasilitas cukup lengkap (namanya juga rumah), mulai TV, DVD player, tape, kompor, piring, gelas, sendok... yaa lengkap lah.. soalnya rumah tsb memang untuk ditinggali... bahkan ada dua buah kipas angin juga di dua kamarnya.

Setelah mandi dan makan mie, kami pun tidur pulas, tidur malam itu sangat enak.. mungkin karena sudah kelelahan selama hampir 12 jam berkendara di atas sepeda motor. (ini adalah waktu terlama keduaku di atas sepeda motor, rekor terlamaku adalah 15 jam, waktu melakukan perjalanan dari Parakan-Jogja-Kebumen-Bandung dalam keadaan hujan lebat di separuh perjalanannya).

Paginya, jam 05.30 kami buru-buru menuju pantai... meski masih ngantuk dan masih lelah, namun semua itu tidak menghalangi kami untuk melihat sunrise (apalagi aku kan jam 09.00 pagi akan kembali ke Jakarta, jika tidak mendapat sunrise ini, buat apa capek-capek 12 jam perjalanan ke Ujung Genteng?)

Riyandi sang fotofrafer sudah duluan berangkat, dan aku menyusul. Sampai di pantai... matahari sudah mulai naik... tapi ada satu masalah... Mana Riyandi ? Masalahnya, meski aku membawa kamera SLR analog (Canon EOS 88) bukan berarti aku jago fotografi, justru kebalikannya.. aku mau minta diajari ama Riyandi cara motret, dan masalahnya Riyandi malah tidak berada di pantai yang 'dijanjikan'...

Wah.. masa gak jadi motret ? Karena udah bawa kamera, akhirnya kukeluarkan juga si kamera dan tripodnya, dan jepret-jepret ngasal (soalnya malu ama temen-temen yang lain yang berada satu pantai denganku kalo ketahuan aku gak bisa motret) Dan untungnya kameraku analog, so mereka gak bisa tau hasilnya bagus atau buruk, ha ha ha ha

Suasana pantai di pagi hari, sungguh menyenangkan, apalagi pantai Ujung Genteng sangat sepi dan indah... bagaikan memiliki pantai pribadi deh... yang ada di pantai saat itu hanya kami bertujuh !

Setelah matahari mulai naik... kami kemudian mencari
pantai lain yang enak untuk berenang... ternyata pantai di Ujung Genteng sangat bermacam-macam... ada yang dangkal, yang dalam, yang aquarium, yang ombaknya besar dst. Pantai nya juga bisa dilalui motor, kerena itulah kami dengan cepat bisa berpindah dari pantai satu ke pantai lainnya, dengan menyisiri pantai menggunakan motor.
Pokoknya asyik deeeh...

Setelah puas, kami pulang ke penginapan untuk menuju ke tujuan berikutnya...

Sayang, kali ini tujuan kami berbeda... Aku harus pulang karena hari senin masuk kerja, sementara yang lain akan melanjutkan 'perburuan' (mencari air terjun) Haduuuuh penginnyaaaaa T_____T

Jam 10.00 WIB, kami berangkat bersama dengan tujuan yang berbeda... hiks...
Tepat Jam 10.20 kami berpisah, rombongan 6 orang belok ke arah kiri (Ciracas) untuk memburu air terjun, sementara aku lurus (menuju ke Pelabuhan Ratu).

Kali ini aku memilih jalur Pelabuhan Ratu karena kata Bapak pemilik warung yang anaknya cantik, jalur Pelabuhan Ratu jalannya lebih baik. Dan memang benar, selain jalannya lebih baik, pemandangannya juga lebih indah, ada beberapa tempat yang mirip dengan puncak meski tanpa kabutnya... aku sempat berhenti beberapa kali untuk sekedar menghabiskan Roll film..

Selain itu, perjalanan pulang ini lebih kunikmati, tidak ngebut, banyak berhenti (foto-foto, minum kelapa muda dari buahnya langsung - harganya Rp 2500, istirahat di pom bensin, makan siang, dan bahkan sempat mampir ke rumahnya Iway). Sampai di Slipi, Jakarta Barat sekitar jam 18.50.. dan selesailah perjalanan ke Ujung Genteng yang melelahkan namun mengesankan itu...

Jika kamu punya libur lima hari, aku sangat menyarankan untuk ke Ujung Genteng, meski sangat jauuuuuuh, tapi sangat sepadan kok (apalagi kalo jalannya sudah dibenahi), dan aku sarankan agar kamu (termasuk yang dari Bandung) agar melewati jalur Cibadak.

Dari arah Jakarta, kamu akan menemui Cibadak ini sebelum memasuki kota Sukabumi, bagi yang dari Bandung, jika mau ke Cibadak, harus melewati Sukabumi dahulu ke arah bogor kemudian belok kiri di pertigaan yang mengarah ke Pelabuhan Ratu (ada penunjuk jalannya kok, tenang aja :p ) tapi kalo liburannya hanya 2 hari... ehm... sebaiknya jangan.. karena kamu akan terlalu kecapekan ketika masuk kerja pertama kali.

Foto-fotonya gimana ? Ehm... ntar kalo udah ku cuci cetak, dan ternyata ada yang bagus (sebenarnya gak yakin ada yang bagus sih...) akan ku upload kok :)

Kata Om Rizzurant, next trip nya ke Pangandaran... humm.. asyik nih :) Semoga bisa ikutan bertualang lagi :)

Hayuk pada ikutan yuuuk !

May 19, 2008

Ujung Genteng, 17-18 Mei 2008 (bagian 1)



Ujung Genteng, 17-18 Mei 2008.

Ujung Genteng is a remote coastal village, some 150 kilometers from Sukabumi. It took five hours to reach the village by private vehicles from Sukabumi because of the poor roads.
Public transportation does not reach the village as normally people would stop at the nearest village Jampang Surade and then walk along a dirt road to reach Ujung Genteng.
Fishing is the main source of livelihood for Ujung Genteng villagers.

Ya, itulah Ujung Genteng, Sebuah daerah wisata yang masih cukup alami, masih cukup bersih dan tidak terlalu ramai.

Gimana ceritanya sampai berkunjung ke Ujung Genteng ?
Semuanya serba tiba-tiba dan tanpa persiapan.
Hari Jumat malam, sekitar jam 20.00, aku chatting ama Riyandi, dan kami berbicara mengenai blog, mengenai les drum, mengenai foto, mengenai seorang backpacker yang sangat menginspirasi kami, dan akhirnya mengenai rencana riyandi hunting foto ke Ujung Genteng bersama teman-teman lab nya dari STT Telkom.

Entah bagaimana (sepertinya karena terinspirasi oleh backpacker dan karena melihat foto-foto Ujung Genteng yang menabjubkan-Riyandi menambahkan bahwa ujung genteng adalah surganya fotografer) aku kemudian tertarik dan bilang "Eh, gw ikutan ke Ujung Genteng yak" tanpa persiapan apa-apa :D

Paginya, aku ke tempat Adhy buat pinjem tas (tas ku udah rusak berat) dan kemudian jam 9.20 berangkat menuju ke Ujung Genteng. Asyiknya, aku sama sekali gak tau jalan ke ujung Genteng, hanya dikasih tahu, bahwa untuk ke Ujung Genteng, aku harus melalui Sukabumi. Padahal jalan ke Sukabumi aja gak tau, dan hanya tau bahwa Sukabumi itu (jika dilihat di peta) ada di bawah Jakarta :D

Akhirnya, setelah bertanya pada banyak orang, tahulah bahwa untuk ke Sukabumi, harus melewati Bogor. Sip, dengan ditemani lima buah lagu di Handphone Sony Ericcson + Headset Walkman Series, aku berangkat menuju Ujung Genteng.

Kemudian masalah pertama datang, ternyata aku gak tau jalan keluar dari Jakarta menuju Bogor, so ketika di UKI, aku bingung dan sempat nyasar ke arah Bekasi. Beruntung nyasarnya belum terlalu jauh (karena melihat tanda jalan bahwa jalan yang kulaui menuju Pondok Gedhe, dan itu daerah Bekasi, bukan Bogor! -- bener ga? )

Singkat cerita, aku sudah dalam perjalanan melewati Cibinong, Kota Bogor dan kemudian akhirnya Sukabumi. Di Sukabumi inilah aku dan Riyandi dkk janjian untuk bertemu. Akhirnya kami bertemu di Masjid Agung Sukabumi. Sungguh kebetulan bahwa rombongan dari Bandung (6 orang -- Riyandi, Rizzurant, Max_steel, ehm... yang tiga lagi namanya siapa yak, lupa.. maaf, nanti kuupdate setelah ingat-- menggunakan 3 motor) dan rombongan dari Jakarta (1 orang --silverant-- menggunakan satu motor) hanya berbeda sekitar 7 menit sampai ke Masjid Agung Sukabumi (aku sampai di Masjid Agung Sukabumi sekitar jam 13.30). Berati Jkt-Sukabumi ditempuh dalam waktu 4 jam, cukup lama memang, karena macet di mana-mana, mungkin karena libur panjang juga (Bagi yang mengambil cuti di hari senin, bisa mendapatkan libur 5 hari karena hari selasa adalah hari waisak).

Setelah Sholat Duhur, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Ujung Genteng. Dari Bapak yang menjaga tempat parkir masjid, kami diberitahu jalan 'terbaik' menuju Ujung Genteng.

Wah... ternyata jalan ke Ujung genteng, benar-benar paraaaaaaaah T____T jalannya rusak berat, jadi hanya bisa dilalui dengan kecepatan rata-rata 35km/h.

Ketika sampai di pertigaan Ciareuy, kami sempat terhenyak waktu melihat papan penunjuk jalan. Waktu itu sekitar jam 15.30, dan di papan penunjuk itu tertulis bahwa Surade (seperti nama ninja cewek dalam film Naruto) masih 90 Km dari tempat tersebut !!

Wow.. dengan kondisi jalan seperti ini, sampai di Ujung Genteng jam berapa ya ? Padahal dari Surade ke Ujung Genteng (jika dilihat dari peta) masih ada setengahnya lagi... hiks...

Tapi dengan kebulatan tekad, jadilah kami melanjutkan perjalanan... dalam perjalanan kami sempat 'bertarung' dengan dua buah 'truk setan' (truk sopir yang mengemudi dengan cara yang ngawur, dan menutup jalan kami untuk menyalip).
Sebenarnya, jika jalannya mulus sih, mudah saja untuk menyalip mereka, sayangnya jalan yang buruk membuat kami sangat susah untuk mendahului dua truk setan ini.

Ternyata keasyikan belum berakhir, di tengah jalan ban salah satu motor kami bocor sehingga harus ditambal, padahal di daerah terpencil seperti itu (dimana jarak antar penjual bensin eceran saja sangat jauh), tentu saja penambal ban juga sangat jarang, tapi untungya ban bocor hanya beberapa ratus meter dari panambal ban terdekat-untuk kejadian ini, saya tidak ikut merasakan karena saya sudah berada jauh di depan dan saat itu sedang menikmati kopi panas dan ditemani cewek cantik, anak penjual kopi di 'kota' terdekat (di depan kantor polisi Pasawahan, warung makan sebelah toko alat tulis, anak gadisnya cantik lhoo... mungkin umurnya sekitar 16 tahun) :D

Setengah jam kemudian, sekitar jam 18.30 sampailah rombongan 'ban bocor' dan kami melanjutkan perjalanan lagi. Dan kali ini perjalanan jauh lebih menantang bagiku. Sudah bukan rahasia lagi bahwa aku tidak ahli dengan perjalanan malam hari. Selain lampu motorku yang sangat remang-remang (kalah ama lampu senter) dan menghadap ke atas, mataku pun agak kurang baik untuk melihat malam hari (kenapa ya?), ditambah minus yang gak kupakein kacamata (pake softlens sih, tapi kalo lagi naik motor gak dipake).
So perjalanan malam itu sungguh mendebarkan bagiku, apalagi punya pengalaman buruk dengan berkendara di malam hari (pernah jatuh)... Yang bisa kulakukan hanyalah mengikuti motor di depanku dengan tepat, ban motorku harus menginjak jalan yang diinjak ban motor di depanku agak tidak mengenai lubang. Namun hal ini ternyata bukan perkara yang mudah, dengan kecepatan kira-kira 40km/jam dan ku maintain jarak antara motorku dengan motor di depanku sekitar 2m, tetap saja aku beberapa kali terkena 'ranjau' jalan berlubang, bahkan ada lubang yang karena terlalu dalamnya membuat pergelangan tanganku 'cedera'.

Dan.. ups... masih ada keasyikan lagi, selama perjalanan malam yang panjang itu tidak terlihat penjual bensin eceran.. akhirnya setelah bertemu Pom Bensin resmi, kami pun berhenti, tapi... wuih.. antrinya parah banget. Bahkan Bapak-bapak yang sedang mengantri di situ berkata bahwa ada mobil yang sudah mengantri selama 3 hari untuk mendapatkan bahan bakar, padahal saat itu beberapa motor kami sudah kehabisan bensin.
Kemudian kami memilih membeli bensin eceran yang terdapat di dekat Pom bensin tersebut daripada mengantri. (Lho katanya gak ada penjual bensin eceran? Hehehe.. ternyata ada kok, cuma waktu itu aku gak liat, ternyata beberapa ratus meter sebelum pom bensin, di depan masjid, ada penjual bensin eceran maaf... :p)

Di pertigaan terakhir sebelum Ujung Genteng, kami menemukan Indomaret yang cukup besar untuk ukuran 'kota' di situ. Indomaret ini tampaknya buka hingga larut malam, dan cukup lengkap, so bagi yang ingin ke Ujung Genteng, tidak perlu khawatir akan bekal makanan. Di situ lengkap kok. Eh iya, di Indomaret ini harus pake uang cash, soalnya belum punya mesin EDC buat bayar pake 'gesek' kartu :)

Akhirnya....setelah mengendarai motor selama 2,5 jam yang sangat menantang... sampai juga ke Ujung Genteng...(di pasar ikan Ujung Genteng) Waktu itu jam 20.44, langsung deh kami semua merasa bersyukur, akhirnya telah sampai juga ke Ujung Genteng, tak lupa aku mengirim sms kepada orang yang kusayang, mengabarkan bahwa (akhirnya) aku sudah sampai... :)

Setelah itu, kami kemudian mencari 'tempat wisata' nya yang katanya (kata seorang penduduk) kalo malam minggu ramai sekali.
Nah, jalan ke tempat wisata ini ternyata melalui hutan-hutan yang gelap gulita... bahkan beberapa dari kami sangat ketakutan dan tidak mau motornya berada pada posisi paling belakang (mungkin takut diculik oleh makhluk halus) :D :D

Apalagi ketika di tengah hutan tersebut melihat bangunan tua (mungkin bekas benteng ??) yang dengan diterangi sinar bulan purnama yang pucat, tampak sangat mengerikan... kami semua hanya bisa mengendarai motor dengan terdiam (hi hi hi pasti lucu kalo ada kamera yang menyorot wajah kami waktu itu :D ). Dan ternyata, yang dikatakan 'ramai kalo malam minggu' itu adalah keramian semu, tidak ada orang sama sekali di pantai ! Ramai apanya !!?? rame hantu nya kali yak :p

bersambung... next ujung genteng bagian 2