June 16, 2008
Foto ku hilang ?
Hiks...
Foto Curug Nangka ama foto Kota Tua di waktu malamku sepertinya hilang...
Hari sabtu aku cuciin ke tempat tukang afdruk foto di deket kosan, dia janji jam 17.00 sudah selesai.
Karena hujan, aku baru ke tempat afdruk foto tsb jam 19.30 namun ternyata beliau bilang : Wah Mas... negative nya mas kok gak ada ya ? Padahal yang lain (yang masukin hari sabtu itu juga) sudah sampai...
Trus ditelponin ke tempat pencucian besar nya ( ternyata si tukang cuci yang deket kosanku menyerahkan negative ku untuk dicuci oleh tukang cuci yang lain T__T ). Dan anehnya, si pemilik tukang cuci besar bilang bahwa udah diserahin semua... So kecurigaan beralih ke pengantar negative nya (hiks... ribet yak)
Masalahnya.. ternyata si pengantar ini gak punya Handphone dan udah balik...
Setelah kupaksa-paksa, akhirnya si tukang cuci kecil menelpon si tukang cuci besar dan berjanji besok pagi (minggu pagi) akan ke tukang cuci besar tuk ngambilin.. trus aku diminta datang jam 10.00 pagi tuk ngambil negativeku.
Eh.. ternyata... ketika aku sampai ke tukang cuci kecil, diberitahukan bahwa si tukang cuci besar tutup, so berarti si pengantar negative jadi gak masuk.. jadinya...
Hiks.........................
Apakah fotoku sebegitu bagusnya yak ( PeDe mode ON ), sampai ada yang tertarik untuk mengambil fotoku...
T_____________T
Jadi makin kepikiran tuk pindah ke Digital....
June 12, 2008
Curug Nangka 07-06-08 (bagian 2 - habis)
Duuuuh... maaf banget baru bisa ngelanjutin ceritanya...
kerjaan lagi banyak banget niii... so mohon maaf jika nanti review nya tidak sedetail seharusnya... (udah banyak yang lupa)
Kami memasuki gerbang Curug Nangka dengan suka cita, rasanya seperti kembali ke 'keadaan yang seharusnya'. Rasa ketika kita kembali ke alam, jauh darikebisingan kota, memang sangat menentramkan.
Kuhirup dalam-dalam udara bersih untuk membersihkan paru-paruku... dan.. rasanya memang beda... Udara memang nikmat sekali jika kita menghirupnya dalam-dalam dan sambil menikmatinya, membayangkan kita mengikuti udara masuk ke pipa-pipa menuju paru-paru dan kemudian keluar lagi (jarang sekali kita menyadari bahwa menghirup udara adalah suatu kenikmatan )
Setelah memarkirkan motor kami di depan sebuah warung makan, Petualangan mencari Curug Nangka pun kami mulai.
Dimulai dengan menyeberagi jembatan kecil, sampailah kami ke daerah kawasan wisatanya.
Di sebelah kiri kami lihat hamparan pohon pinus (kalo gak salah identifikasi) yang terlihat sangat terawat. di sebelah kanan, kami melihat penginapan/vila dan tanah lapang yang cukup luas yang disediakan untuk pengunjung yang ingin camping. Sedangkan di depan kami, kami lihat terdapat mushola dan tempat beristirahat.
Tidak beberapa lama kemudian, kami bertemu dengan seorang pemandu wisata yang umurnya sudah setengah Baya (mohon maaf lupa menanyakan nama beliau) yang kemudian menemani kami menuju curug-curug yang ada. Bapak ini dengan ramah mengantarkan kami ke curug, satu demi satu, dan bahkan menunggui kami ketika kami asyik membidik objek foto. Saya sangat menyesal karena pada saat itu, beberapa teman kami menganggap Bapak ini pasti mau minta uang sehingga kami kurang ramah terhadap beliau, bahkan mengabaikannya ketika beliau berbicara... Sungguh suatu sikap yang sangat buruk.. karene ternyata hingga akhirnya kami pulang, bapak initidak meminta bayaran sedikitpun...
Jumlah curug di kawasan wisata Crug Nangka ini menurut Bapak ini ada lima buah, dan yang paling dekat adalah curug Nangka.
Untuk melihat curug Nangka ini, kita harus turun ke jalur kanan bawah dari jalur utama. Dari jalur kanan bawah ini, untuk melihat curug Nangka bisa dicapai dengan dua cara. Cara pertama adalah jalur (meminjam istilah Bapak pemandu) pendekatan dengan air (mengikuti sungai menuju curug, main basah-basahan) dan yang kedua adalah pendekatan dari atas (tanpa membasahi diri).
Jika ingin petualangan yang lebih seru, kami sarankan untuk melakukan pendekatan air. Karena kami lebih berniat untuk memfoto curug, dan membawa kamera yang takut basah, maka kami mengambil pendekatan atas, karena dari pendekatan atas ini, curug nangka bisa difoto hampir keseluruhannya tanpa perlu lensa khusus panorama, dan lagi lebih tidak beresiko :)
Namun jangan khawatir, bagi yang sudah terlanjur mengikuti jalur atas, jika kemudian berubah pikiran dan ingin bermain dengan air juga bisa kok, tinggal turun saja, ada jalan setapak (benar-benar setapak-se telapak kaki) yang curam dan licin (harap sangat berhati-hati ya..)
Curug Nangka sendiri sebenarnya cukup bagus, sayangnya arus airnya kurang deras... mungkin karena kurang tinggi, atau memang debit airnya yang kecil sehingga bagiku curug Nangka terlihat seperti 'curug-curugan'.
Setelah puas dengan Curug Nangka, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Curug Daun.
Untuk mencapainya, dari tempat Curug Nangka, kami harus naik terlebih dahulu, dan menyusuri pinggiran sungai ari daratan(tidak bisa langsung mengikuti arus air melalui sungai).
Jadi kami naik terlebih dahulu ke atas (melalui jalan setapak dan kemudian mengikuti kelok-kelok sungai dari daratan pinggiran sungai dengan dipandu oleh Bapak Pemandu.
Tampak sekali bahwa Bapak Pemandu ini sangat mengenal 'daerah kekuasaannya' karena sangat hapal batu-batu mana yang harus diinjak, dimana harus melangkah dengan kaki kanan dan dimana harus menggunakan kaki kiri.
Tidak beberapa lama kemudian, sampailah kami ke Curug Daun, ketinggian curug daun mungkin hanya sekitar 6 meter, sehingga menurutku belum pantas disebut curug :p dan mungkin karena itulah banyak orang yang datang ke sini mengatakan hanya melihat 2 curug, karena Curug Daun yang mereka lewati ini tidak dianggap sebagai curug...
Curug ini, kata Bapak Pemandu, biasanya digunakan untuk mandi oleh kaum hawa... dan memang waktu kami sampai ke sana ada dua orang kaum hawa yang sedang duduk-duduk di bebatuan di bawah curug sambil main air dengan kedua kakinya (mungkin sudah mandi atau malah baru akan mandi) dan yang satu (yang berbaju ungu) lumayan manis :p
Air di curug ini sangat jernih dan segar, sehingga membangkitkan keinginan untuk mandi atau menceburkan diri ke air... sayangnya, kami tidak persiapan untuk mandi, sehingga tidak membawa baju ganti... Nah, bagi pembaca yang akan ke Curug Nangka, kusarankan untuk membawa baju ganti... Rugi deh kalo gak mandi di sini... :)
Setelah beberapa kali mengambil foto, kami melanjutkan perjalanan ke Curug Kawung. Perjalanan dilakukan dengan mengikuti arus sungai dan terkadang mengikuti arus sungai langsung di sungai itu sendiri. Perjalanan ke Curug Kawung agak sedikit menantang... dan di sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan alam yang begitu menarik, bebatuan di sebelah kiri yang meneteskan air terlihat sangat cantik...
Beberapa saat kemudian, setelah perjalanan naik-turun di jalanan yang licin, sampailah kami di Curug Kawung... wuiiiih... kami cukup terkejut... karena tampaknya Curug Kawung ini adalah curug yang tertinggi di daerah ini. Curugnya sendiri sangat indah... bagian atasnya kecil dan makin membesar ke arah bawah. Nah di bagian bawah curug tsb, kita akan menemukan sebuah batu besar yang setiap detiknya dihajar oleh curahan air terjun yang menurut Bapak penjaga di situ dahulunya berbentuk Kepala Harimau (menurutku, batu ini sekarang berbentuk lebih seperti kepala tikus) yang merupakan lambang kebesaran kerajaan Pasundan.
Di curug ini, kamu juga bisa mandi di bawah air curug, karena meskipun curugnya tinggi, debit airnya tidak begitu banyak, sehingga masih bisa digunakan untuk 'mandi shower' :)
Di sini kamu juga bakalan menemukan satwa monyet... ada banyak satwa monyet di sini dan monyetnya sangat usil, so bagi yang membawa makanan... atau yang membawa bungkusan harap berhati-hati, karena pada saat kami di sana, kami melihat sendiri ada seekor monyet yang mengambil bungkusan milik salah satu pengunjung dan dibawanya ke dalam hutan... (Bayangkan kalo isinya HP Nokia E90.. kebayang deh berapa duit tuh...)
Di curug Kawung ini, kami memuaskan keinginan untuk memfoto kami... cukup banyak film yang kuhabiskan di sini, karena menurutku justru di curug Kawung inilah yang paling indah. Nanti kalo fotonya sudah ku scan, kutunjukin deh...
Dan berakhirlah perjalanan kami mencari curug (sebenarnya masih ada dua curug lagi di atas)... Namun karena sudah kelaparan (dari pagi belum sempat sarapan), hari juga sudah agak siang dan sudah mulai ramai pengunjung, dan (yang paling penting) karena film di kameraku tinggal 2 buah, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan mencari dua curug di atasnya...
Oh iya, sebelum kembali ke Jakarta, kami memutuskan untuk 'wisata kuliner' di kota Bogor... dan kemudian menyempatkan diri mampir untuk membeli Roti Unyil khas Bogor di dekat teminal Baranangsiang.
Demikianlah kunjungan kami ke Curug Nangka.. jika ada waktu lagi, pengin banget rasanya camping di Curug Nangka ini... :)
see you at my next-trip's report
kerjaan lagi banyak banget niii... so mohon maaf jika nanti review nya tidak sedetail seharusnya... (udah banyak yang lupa)
Kami memasuki gerbang Curug Nangka dengan suka cita, rasanya seperti kembali ke 'keadaan yang seharusnya'. Rasa ketika kita kembali ke alam, jauh darikebisingan kota, memang sangat menentramkan.
Kuhirup dalam-dalam udara bersih untuk membersihkan paru-paruku... dan.. rasanya memang beda... Udara memang nikmat sekali jika kita menghirupnya dalam-dalam dan sambil menikmatinya, membayangkan kita mengikuti udara masuk ke pipa-pipa menuju paru-paru dan kemudian keluar lagi (jarang sekali kita menyadari bahwa menghirup udara adalah suatu kenikmatan )
Setelah memarkirkan motor kami di depan sebuah warung makan, Petualangan mencari Curug Nangka pun kami mulai.
Dimulai dengan menyeberagi jembatan kecil, sampailah kami ke daerah kawasan wisatanya.
Di sebelah kiri kami lihat hamparan pohon pinus (kalo gak salah identifikasi) yang terlihat sangat terawat. di sebelah kanan, kami melihat penginapan/vila dan tanah lapang yang cukup luas yang disediakan untuk pengunjung yang ingin camping. Sedangkan di depan kami, kami lihat terdapat mushola dan tempat beristirahat.
Tidak beberapa lama kemudian, kami bertemu dengan seorang pemandu wisata yang umurnya sudah setengah Baya (mohon maaf lupa menanyakan nama beliau) yang kemudian menemani kami menuju curug-curug yang ada. Bapak ini dengan ramah mengantarkan kami ke curug, satu demi satu, dan bahkan menunggui kami ketika kami asyik membidik objek foto. Saya sangat menyesal karena pada saat itu, beberapa teman kami menganggap Bapak ini pasti mau minta uang sehingga kami kurang ramah terhadap beliau, bahkan mengabaikannya ketika beliau berbicara... Sungguh suatu sikap yang sangat buruk.. karene ternyata hingga akhirnya kami pulang, bapak initidak meminta bayaran sedikitpun...
Jumlah curug di kawasan wisata Crug Nangka ini menurut Bapak ini ada lima buah, dan yang paling dekat adalah curug Nangka.
Untuk melihat curug Nangka ini, kita harus turun ke jalur kanan bawah dari jalur utama. Dari jalur kanan bawah ini, untuk melihat curug Nangka bisa dicapai dengan dua cara. Cara pertama adalah jalur (meminjam istilah Bapak pemandu) pendekatan dengan air (mengikuti sungai menuju curug, main basah-basahan) dan yang kedua adalah pendekatan dari atas (tanpa membasahi diri).
Jika ingin petualangan yang lebih seru, kami sarankan untuk melakukan pendekatan air. Karena kami lebih berniat untuk memfoto curug, dan membawa kamera yang takut basah, maka kami mengambil pendekatan atas, karena dari pendekatan atas ini, curug nangka bisa difoto hampir keseluruhannya tanpa perlu lensa khusus panorama, dan lagi lebih tidak beresiko :)
Namun jangan khawatir, bagi yang sudah terlanjur mengikuti jalur atas, jika kemudian berubah pikiran dan ingin bermain dengan air juga bisa kok, tinggal turun saja, ada jalan setapak (benar-benar setapak-se telapak kaki) yang curam dan licin (harap sangat berhati-hati ya..)
Curug Nangka sendiri sebenarnya cukup bagus, sayangnya arus airnya kurang deras... mungkin karena kurang tinggi, atau memang debit airnya yang kecil sehingga bagiku curug Nangka terlihat seperti 'curug-curugan'.
Setelah puas dengan Curug Nangka, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Curug Daun.
Untuk mencapainya, dari tempat Curug Nangka, kami harus naik terlebih dahulu, dan menyusuri pinggiran sungai ari daratan(tidak bisa langsung mengikuti arus air melalui sungai).
Jadi kami naik terlebih dahulu ke atas (melalui jalan setapak dan kemudian mengikuti kelok-kelok sungai dari daratan pinggiran sungai dengan dipandu oleh Bapak Pemandu.
Tampak sekali bahwa Bapak Pemandu ini sangat mengenal 'daerah kekuasaannya' karena sangat hapal batu-batu mana yang harus diinjak, dimana harus melangkah dengan kaki kanan dan dimana harus menggunakan kaki kiri.
Tidak beberapa lama kemudian, sampailah kami ke Curug Daun, ketinggian curug daun mungkin hanya sekitar 6 meter, sehingga menurutku belum pantas disebut curug :p dan mungkin karena itulah banyak orang yang datang ke sini mengatakan hanya melihat 2 curug, karena Curug Daun yang mereka lewati ini tidak dianggap sebagai curug...
Curug ini, kata Bapak Pemandu, biasanya digunakan untuk mandi oleh kaum hawa... dan memang waktu kami sampai ke sana ada dua orang kaum hawa yang sedang duduk-duduk di bebatuan di bawah curug sambil main air dengan kedua kakinya (mungkin sudah mandi atau malah baru akan mandi) dan yang satu (yang berbaju ungu) lumayan manis :p
Air di curug ini sangat jernih dan segar, sehingga membangkitkan keinginan untuk mandi atau menceburkan diri ke air... sayangnya, kami tidak persiapan untuk mandi, sehingga tidak membawa baju ganti... Nah, bagi pembaca yang akan ke Curug Nangka, kusarankan untuk membawa baju ganti... Rugi deh kalo gak mandi di sini... :)
Setelah beberapa kali mengambil foto, kami melanjutkan perjalanan ke Curug Kawung. Perjalanan dilakukan dengan mengikuti arus sungai dan terkadang mengikuti arus sungai langsung di sungai itu sendiri. Perjalanan ke Curug Kawung agak sedikit menantang... dan di sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan alam yang begitu menarik, bebatuan di sebelah kiri yang meneteskan air terlihat sangat cantik...
Beberapa saat kemudian, setelah perjalanan naik-turun di jalanan yang licin, sampailah kami di Curug Kawung... wuiiiih... kami cukup terkejut... karena tampaknya Curug Kawung ini adalah curug yang tertinggi di daerah ini. Curugnya sendiri sangat indah... bagian atasnya kecil dan makin membesar ke arah bawah. Nah di bagian bawah curug tsb, kita akan menemukan sebuah batu besar yang setiap detiknya dihajar oleh curahan air terjun yang menurut Bapak penjaga di situ dahulunya berbentuk Kepala Harimau (menurutku, batu ini sekarang berbentuk lebih seperti kepala tikus) yang merupakan lambang kebesaran kerajaan Pasundan.
Di curug ini, kamu juga bisa mandi di bawah air curug, karena meskipun curugnya tinggi, debit airnya tidak begitu banyak, sehingga masih bisa digunakan untuk 'mandi shower' :)
Di sini kamu juga bakalan menemukan satwa monyet... ada banyak satwa monyet di sini dan monyetnya sangat usil, so bagi yang membawa makanan... atau yang membawa bungkusan harap berhati-hati, karena pada saat kami di sana, kami melihat sendiri ada seekor monyet yang mengambil bungkusan milik salah satu pengunjung dan dibawanya ke dalam hutan... (Bayangkan kalo isinya HP Nokia E90.. kebayang deh berapa duit tuh...)
Di curug Kawung ini, kami memuaskan keinginan untuk memfoto kami... cukup banyak film yang kuhabiskan di sini, karena menurutku justru di curug Kawung inilah yang paling indah. Nanti kalo fotonya sudah ku scan, kutunjukin deh...
Dan berakhirlah perjalanan kami mencari curug (sebenarnya masih ada dua curug lagi di atas)... Namun karena sudah kelaparan (dari pagi belum sempat sarapan), hari juga sudah agak siang dan sudah mulai ramai pengunjung, dan (yang paling penting) karena film di kameraku tinggal 2 buah, kami memutuskan untuk tidak melanjutkan mencari dua curug di atasnya...
Oh iya, sebelum kembali ke Jakarta, kami memutuskan untuk 'wisata kuliner' di kota Bogor... dan kemudian menyempatkan diri mampir untuk membeli Roti Unyil khas Bogor di dekat teminal Baranangsiang.
Demikianlah kunjungan kami ke Curug Nangka.. jika ada waktu lagi, pengin banget rasanya camping di Curug Nangka ini... :)
see you at my next-trip's report
June 9, 2008
Curug Nangka 07-06-08 (bagian 1)
Akhirnya, hari sabtu kemarin (07/06/08) Aku jadi ke Curug Nangka bersama dengan Yani, Henry, Anto, dan Novel menggunakan 3 buah sepeda motor (Jupiter MZ, JupiterZ, dan aku menggunakan Minervaku, Kaze R merah).
Perjalanan yang rencananya berangkat jam 05.30 dari Jakarta sempat molor hingga beberapa jam karena ban motor teman kami bocor. Akhirnya kami baru berangkat dari Cawang-UKI sekitar jam 07.45.
Perjalanan dimulai dengan mengarahkan motor kami ke arah Bogor, melalui Pasar Kramat Jati. Perjalanan ke Bogor ini kami jalani dengan sangat pelan (rata-rata 50 Km/jam) karena kemacetan di mana-mana. Kalo berangkat dari Jakarta sudah kesiangan, ya emang gitu deh... maceeeet T__T
Dan seperti biasa, di antara kami berlima, tidak ada satupun yang tahu jalan ke arah Curug Nangka (kebiasaan nih... jalan cuma tahu tujuan, dan kemudian mengandalkan 'ntar nanya aja ama orang'), untungnya kami (aku dan Yani) sudah mengetahui bahwa kira-kira letak Curug Nangka itu di daerah Bogor, dan untungnya juga aku sudah beberapa kali naik motor melewati Bogor, termasuk ketika ke Ujung Genteng beberapa waktu yang lalu. (Heran juga sih, kok yang lain pada mau ikutan yak, padahal aku sendiri waktu ngajakin udah bilang bahwa aku gak tau tempatnya secara pasti, hanya tau 'di arah ke Puncak', dan hal ini pin tidak sepenuhnya betul, karena Curug Nangka berada di Ciapus, bukan di daerah Puncak :D :D )
Untuk ke Curug Nangka ini, dari Jakarta Kami melalui Cimanggis, sedikit menyentuh Depok, kemudian Cibinong, dan akhirnya Kota Bogor.
Setelah melewati Terminal Baranangsiang (terminal ini berada di kanan jalan, dan mungkin kamu tidak akan melihatnya jika tidak memperhatikan) menuju ke arah puncak, kamu akan menemui jalanan yang mirip dengan jalan Dago di Bandung (banyak Factory Outlet) dan kemudian akan bertemu dengan pertigaan yang ada lampu merah dan bunderannya, dan di situ ada petunjuk jalan bahwa untuk ke Ciapus kami harus memutar di bunderan, ke arah kanan. Nah jalan inilah yang kita ikuti, menuju ke arah Ciapus.
Jalan menuju ke Ciapus ini aspalnya cukup baik, dan jalannya cukup sejuk karena di kanan-kiri jalan masih banyak pepohonan. Kami juga melewati beberapa peninggalan sejarah, salah satunya adalah istana batutuilis, namun kami tidak menyempatkan diri untuk mampir karena tujuan utama kami belum tercapai dan belum tau masih sejauh apakah kami dari tujuan ?
Dalam perjalanan, nanti kamu bakalan menemui sekolah, kemudian ketika bertemu dengan lampu merah pertigaan Pasar kamu ambil jalan yang lurus aja,jangan ke kanan, soalnya kalo ke kanan berarti kembali ke kota Bogor.
Pokoknya jalan ke arah Ciapus itu luruuuuuuus terus... baru nanti ketika ada pertigaan jalur Angkot no 3 (jurusan Ciapus), baru kamu ambil jalan yang ke kiri (jalannya agak naik, dan di situ banyak angkot yang mangkal.. so gampang diketahui).
Nah.. jalan inilah yang kondisi jalannya agak jelek... beberapa bagian jalan ada yang rusak, namun tidak parah kok.. masih jauh lebih parah jalan ke Ujung Genteng, dan hanya sekitar 2 kilometer yang jalannya jelek.
Kamu akan menemui Pusat pelatihan kelautan (atau perikanan ya?), trus juga menemui sebuah gang yang namanya unik, Gang Bebas :D
Kemudian setelah jalan yang jelek ini, nanti akan ditemui lagi jalanan yang mulus, berkelok-kelok, dan naik turun (seru bangeeeeet !) dan setelah berkendara beberapa menit, kamu akan menemui papan penunjuk jalan ke arah Curug Nangka di suatu pertigaan. Kamu ambil jalan ke kiri, dan jalan ini agak jelek juga... tapi tenang... cuma sebentar kok... udah hampir nyampe :) (Kalo dihitung, kira-kira jarak ke Curug Nangka ini adalah sekitar 20Km dari Kota Bogor)
Oh ya, sebelumnya kamu juga bakalan ketemu ama Indomaret di sebelah kiri jalan, so bagi yang gak bawa bekal, bisa beli di Indomaret ini (Aku sempat heran, kok Indomaret selalu ada di dekat tempat wisata yak? -- dulu waktu ke Ujung Genteng juga ada Indomaret)
Akhirnya, setelah melewati jalanan yang dipenuhi oleh vila-vila mewah (enak ya jadi orang kaya, punya Vila di tempat yang asyik), kami sampai juga di gerbang masuk Taman Wisata Curug Nangka. Gerbangnya cukup baik, cukup menggambarkan wisata hutan yang akan kami alami.
Untuk masuk ke tempat wisata ini biaya per orang adalah Rp 4000 dan per motor Rp 1000 (nanti untuk parkir harus nambah 2000 lagi -- yang ini entah legal atau ilegal).
bersambung... (mau kerja dulu :D )
Perjalanan yang rencananya berangkat jam 05.30 dari Jakarta sempat molor hingga beberapa jam karena ban motor teman kami bocor. Akhirnya kami baru berangkat dari Cawang-UKI sekitar jam 07.45.
Perjalanan dimulai dengan mengarahkan motor kami ke arah Bogor, melalui Pasar Kramat Jati. Perjalanan ke Bogor ini kami jalani dengan sangat pelan (rata-rata 50 Km/jam) karena kemacetan di mana-mana. Kalo berangkat dari Jakarta sudah kesiangan, ya emang gitu deh... maceeeet T__T
Dan seperti biasa, di antara kami berlima, tidak ada satupun yang tahu jalan ke arah Curug Nangka (kebiasaan nih... jalan cuma tahu tujuan, dan kemudian mengandalkan 'ntar nanya aja ama orang'), untungnya kami (aku dan Yani) sudah mengetahui bahwa kira-kira letak Curug Nangka itu di daerah Bogor, dan untungnya juga aku sudah beberapa kali naik motor melewati Bogor, termasuk ketika ke Ujung Genteng beberapa waktu yang lalu. (Heran juga sih, kok yang lain pada mau ikutan yak, padahal aku sendiri waktu ngajakin udah bilang bahwa aku gak tau tempatnya secara pasti, hanya tau 'di arah ke Puncak', dan hal ini pin tidak sepenuhnya betul, karena Curug Nangka berada di Ciapus, bukan di daerah Puncak :D :D )
Untuk ke Curug Nangka ini, dari Jakarta Kami melalui Cimanggis, sedikit menyentuh Depok, kemudian Cibinong, dan akhirnya Kota Bogor.
Setelah melewati Terminal Baranangsiang (terminal ini berada di kanan jalan, dan mungkin kamu tidak akan melihatnya jika tidak memperhatikan) menuju ke arah puncak, kamu akan menemui jalanan yang mirip dengan jalan Dago di Bandung (banyak Factory Outlet) dan kemudian akan bertemu dengan pertigaan yang ada lampu merah dan bunderannya, dan di situ ada petunjuk jalan bahwa untuk ke Ciapus kami harus memutar di bunderan, ke arah kanan. Nah jalan inilah yang kita ikuti, menuju ke arah Ciapus.
Jalan menuju ke Ciapus ini aspalnya cukup baik, dan jalannya cukup sejuk karena di kanan-kiri jalan masih banyak pepohonan. Kami juga melewati beberapa peninggalan sejarah, salah satunya adalah istana batutuilis, namun kami tidak menyempatkan diri untuk mampir karena tujuan utama kami belum tercapai dan belum tau masih sejauh apakah kami dari tujuan ?
Dalam perjalanan, nanti kamu bakalan menemui sekolah, kemudian ketika bertemu dengan lampu merah pertigaan Pasar kamu ambil jalan yang lurus aja,jangan ke kanan, soalnya kalo ke kanan berarti kembali ke kota Bogor.
Pokoknya jalan ke arah Ciapus itu luruuuuuuus terus... baru nanti ketika ada pertigaan jalur Angkot no 3 (jurusan Ciapus), baru kamu ambil jalan yang ke kiri (jalannya agak naik, dan di situ banyak angkot yang mangkal.. so gampang diketahui).
Nah.. jalan inilah yang kondisi jalannya agak jelek... beberapa bagian jalan ada yang rusak, namun tidak parah kok.. masih jauh lebih parah jalan ke Ujung Genteng, dan hanya sekitar 2 kilometer yang jalannya jelek.
Kamu akan menemui Pusat pelatihan kelautan (atau perikanan ya?), trus juga menemui sebuah gang yang namanya unik, Gang Bebas :D
Kemudian setelah jalan yang jelek ini, nanti akan ditemui lagi jalanan yang mulus, berkelok-kelok, dan naik turun (seru bangeeeeet !) dan setelah berkendara beberapa menit, kamu akan menemui papan penunjuk jalan ke arah Curug Nangka di suatu pertigaan. Kamu ambil jalan ke kiri, dan jalan ini agak jelek juga... tapi tenang... cuma sebentar kok... udah hampir nyampe :) (Kalo dihitung, kira-kira jarak ke Curug Nangka ini adalah sekitar 20Km dari Kota Bogor)
Oh ya, sebelumnya kamu juga bakalan ketemu ama Indomaret di sebelah kiri jalan, so bagi yang gak bawa bekal, bisa beli di Indomaret ini (Aku sempat heran, kok Indomaret selalu ada di dekat tempat wisata yak? -- dulu waktu ke Ujung Genteng juga ada Indomaret)
Akhirnya, setelah melewati jalanan yang dipenuhi oleh vila-vila mewah (enak ya jadi orang kaya, punya Vila di tempat yang asyik), kami sampai juga di gerbang masuk Taman Wisata Curug Nangka. Gerbangnya cukup baik, cukup menggambarkan wisata hutan yang akan kami alami.
Untuk masuk ke tempat wisata ini biaya per orang adalah Rp 4000 dan per motor Rp 1000 (nanti untuk parkir harus nambah 2000 lagi -- yang ini entah legal atau ilegal).
bersambung... (mau kerja dulu :D )
Subscribe to:
Posts (Atom)